Kamis, 16 Juli 2015

4 bulan menjadi seorang Ibu...


adalah belum apa apa.
ehheheh...

postingan saya yang terakhir ternyata pas umur kandungan saya 7,5 bulan ya?
yang adalah sekitar setengah tahun yang lampau!
yang demikianlah , sodara sodara..
punya baby ternyata membuat saya semakin sulit nyenggol blog.. heheh..

Setelah perjalanan 7,5 bulan itu, ternyata memang hidup saya memang lumayan bergelombang.
1,5 bulan terakhir kehamilan saya kemarin disibukkan dengan kolaborasi dengan seniman-seniman senior dari Belanda. Sempet stress dan lumayan spaneng.

Walhasil saya memilih "bersantai" di dua minggu terakhir ..
Ah.. tapi memang jodoh mengatakan saya harus kembali ke atas panggung.. seminggu sebelum melahirkan, saya masih harus pentas! itu karena pemain wayangnya yang dari Belanda mendadak kena infeksi saluran kencing... jadi apa mau dikata?
agak bikin personel yang lain - bahkan juga penonton- ketar-ketir. Ini kalo mbrojol di panggung terus gimana? hehehhe..
Tapi ternyata aman, sodara-sodara..
seperti biasa, saya wasweswos sama si bayi di perut saya... "dik.. ibu kerja dulu ya.. pentas dulu ini.. dibantu yaa..." dan walhasil pementasannya lancar. :D









photo by : Rachma Safitri & Hamie Effendi
wardrobe by : Lulu Lutfi Labibi



Sehari setelah cek terakhir kandungan, saya pendarahan.
dan dengan segera kontraksi .. sampe ngerasa kontraksi 5 menit sekali, saya dan si doi langsung ke rumah sakit. Ternyata belum bukaan, pemirsa..
ditunggu sampe hampir 24 jam, kontraksi udah tiap 4 menit sekali... bukaan hanya berhenti di 3 cm.
Si anak bayi nggak mau keluar ! waduh.. dia malah betah..

setelah cek detak jantung,  baru ketauan kalo si bayi nggak mau ngerespon pijatan rahim saya.
Setiap kontraksi, dia malah santai santai aja..
padahal tiap 4 menit sekali... selama 12 jam saya sudah kontraksi.
ini menuju bahaya, kata dokter saya..
di pukul 7 pagi, akhirnya saya dan suami segera menyetujui, saya segera masuk ruang operasi.

Di meja operasi, saya cuma dibius lokal.
Tim dokter di ruang operasi bahkan sempet interview saya tentang Papermoon saat menunggu obat bius bekerja.
ahahhah.. malah bikin talkshow !!

Tim dokter bekerja dengan cekatan dan rileks. Sesekali dokter saya bahkan megajak saya bercanda.
Saya malah asyik menikmati perginya kontraksi yang sejak sore sudah mengakrabi punggung saya.

Begitu dokter bilang "anakmu aku ambil sekarang ya?".. dan saya mengiyakan...
itulah saatnya saya merasa ada pertaruhan antara hidup dan mati.
Ruangan mendadak sepi. tim dokter konsentrasi penuh pada jabang bayi di dalam rahim saya.
saya cuma bisa melihat lampu operasi yang bersinar sangat terang di atas kepala saya.
di hadapan saya terbentang kain toska yang menutupi bagian dada ke bawah. Saya cuma bisa menerka-nerka apa yang terjadi di bawah sana.

Bayi saya apa kabarnya?
apakah dia baik-baik saja?
lengkapkah dia?
hidupkah dia?

Saya cemas.

Dan tetiba saya mendengar sang dokter bilang
" wo lha anakmu kelilit usus !! anak lanang gede tenan.. ayo nang, ayo nang.."
Dan saat itulah saya melihat sesosok bayi diangkat dari balik kain toska, mengeluarkan suara seperti tersedak, dan tidak menangis.
Kerongkongan dan hidung si bayi langsung dibersihkan.. ia tidak langsung menangis.. sang dokter bahkan sempat mengguncang perut bayi yang ditelentangkan..

Saya menangis sambil berulang menyebut "Gusti Allah... maturnuwun Gusti.. anakkuuu.."

percayalah.. adegannya akan lebih dramatis kalau saja saya nggak pake selang oksigen  di hidung..  (ingus saya menghambat jalan oksigen, sodara-sodara)
Saya menangis tersedu-sedu. Terharu bercampur khawatir tentu saja.
Kok anak saya nggak menangis.. apakah dia tidak apa apa?
"Lengkap semua, Ria... anakmu lengkap semua".. kata Pak Dokter Bharoto sedikit menenangkan saya.

Tak lama kemudian saya dengar juga suara tangisnya di samping saya.
Tidak bisa Inisiasi Menyusui Dini, kata dokter anak yang menangani bayi saya.
Anak saya bernapas lewat telinga.
HA?!!
apa lagi itu?

Segera si bayi dibungkus dan disodorkan ke wajah saja.
Wajahnya tampak berkerut kerut.. saya ciumi tak henti henti, saya nikmati beberapa detik yang saya punya untuk menciumnya pertama kali, sebelum dia dibawa ke ruang perawatan.


Seusai peristiwa itu, saya melamun.
selebihnya, saya hanya ingin segera bertemu suami saya.


Malam harinya, sang bayi dibawa ke kamar saya..
So, this is him..
Makhluk yang menendang nendang perut saya tiap siang malam..
yang selalu saya ajak bicara setiap saat..
yang selalu kami doakan untuk jadi anak yang sehat, lengkap, baik hati, ramah, pintar, dan membawa berkah buat banyak orang..

Ini dia wujudnya.
Bahagia rasanya..

Eh tapi Jangan tanya efek operasi caesar ya..
dokter saya juga nggak suka kasih obat penghilang rasa sakit. jadi walhasil selama 1 bulan pasca operasi, rasanya saya mau makan orang. ehehheheh...
Dan 2 minggu pertama menyusui adalah peristiwa yang paling jenaka dalam hidup saya.
SAKITNYA luar biasa!
dan nggak ada yang pernah bilang ke saya tentang hal ini sebelumnya.. semua buku fokus pada cara mengurangi kesakitan semasa kontraksi dan melahirkan, dst, dsb, dll..
dan nggak ada yang bilang kalo puting susu lecet gara gara menyusui itu rasanya lebih jenaka dibanding kontraksi (apalagi ditambah luka caesar tanpa obat penghilang rasa sakit).. hehehhe


*foto ini diambil tepat setelah saya copot perban. Lunang berusia 2 minggu.

Tapi saya beruntung..
saya punya suami yang mau melakukan semua hal mulai dari memandikan bayi, mengganti dan mencuci popok, menggendong bayi, mengambilkan saya minum, membuatkan saya teh, melakukan semua hal dikala saya tidak mampu bangun dari tempat tidur.
Praktis selama 1 bulan pertama, si doi lah yang mengurusi bayi saya.
Ya.. Kami memang hanya tinggal bertiga di rumah.



Jadi apa rasanya 4 bulan menjadi seorang Ibu?

Hidup saya berubah.
Pola kerja saya berubah.
Otak saya rasanya mengecil...
Saya nggak bisa berpikir sebanyak dan secepat dulu..

Tapi saya menikmatinya..
Saya belajar untuk tidak menjadi egois.
Saya belajar untuk lebih tenang..
berjalan lebih pelan..
dan lebih bersabar.

Sekarang seorang anak bergantung pada diri saya.
Pada susu yang keluar dari payudara saya...
Pada apa yang saya tanamkan padanya..
Pada waktu yang saya habiskan dengannya..
Pada aktivitas yang saya lakukan bersamanya...
pada pekerjaan yang saya bagi dengannya...



Dan apakah saya menikmati menjadi seorang Ibu?




ya. saya sangat menikmatinya.


Selamat bergabung di bahtera kami, Lunang Pramusesa.
mari kita bersama menjelajah alam semesta...


*nama Lunang  kami ambil dari nama karakter boneka utama
yang dibuat oleh Iwan  di pementasan "LAKI LAKI LAUT".
Lunang diambil dari bahasa Jawa Kawi yang artinya Ombak.
Pramusesa diambil dari bahasa sanskrit yang artinya penjelajah alam  semesta.








3 komentar:

  1. Ibu Ria, selamat jadi ibu.
    Aduh aku berkacakaca baca tulisanmu.
    Dan foto terakhir bikin aku kangen Lunang.
    Peluk iburia dan anakbayik

    BalasHapus
  2. Bu Ria :'] jadi tambah kangen, pengen ketemuuuuuu..

    BalasHapus
  3. Ooowalah gitu to ceritanya. Dek Lunang mesti aktif banget njuk dadi gedhi jadi pas keblibet tali udel gak bisa lepas. Momo juga kalungan tali udel sampai lahir. Untunglah mereka bisa keluar dengan selamat sentosa, gak kecekik tali udel atau udelnya pedhot di dalam.Tapiiii ini merupakan suatu pertanda buat siap-siap lho Bu Ria. Sajake begitu dia bisa berdiri sendiri, si Lunang bakalan super lincah. Yaa cocok sama namanya lah, energi bagaikan deru ombak dan melipir sana-sini menjelajah alam semesta. hihihih
    DAN! meskipun awalnya lecet prustresyen tapi ASI memang paling jos gandos. Selain bocahe jadi bawunder ipel-ipel, lebih tahan banting melawan virus mampir, juga piranti persusuan yang harus digembol ibunya ketika bawa bocahnya jalan-jalan itu cuma kutang dan gendongan, sudah ayem. Ya gak?
    Selamat menikmati petualangan bersama Lunang :D

    BalasHapus